Search

Translate

Selasa, 30 Desember 2014

Laporan Praktikum Bakteriologi I " PEWARNAAN SEDERHANA "




  " PEWARNAAN SEDERHANA "

   




NAMA      : DIRAYANTI EMBONG BULAN
      NIM         : PO.71.3.203.11.1.06
KELAS   : B




POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2011/2012
 




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar  Belakang

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Pewarna asam dapat tejadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewrna negatif. Contoh pewarna asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain.
Pewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristal violet, safranin dan lain-lain.
Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi, baik bentukmaupun susunan sel. Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora dan nukleus.
Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku yakni sebagai berikut:
mempersiapkan kaca obyek. Kaca obyek ini harus bersih dan bebas lemak, untuk membuat apusan dari bakteri yang diwarnai. Mempersiapkan apusan, apusan yang baik adalah yang tipis dan kering, terlihat seperti lapisan yang tipis.
Apusan ini dapat berasal dari biakan cair atau padat. Biakan Cair. Suspensi sel sebanyak satu atau dua mata jarum inokulasi diletakkan pada kaca obyek. Lalu diapuskan pada kaca obyek selebar ... cm. Biarkan mengering diudara atau diatas api kecil dengan jarak 25 cm.
Biakan Padat. Bakteri yang dikultur pada medium padat tidak dapat langsung dibuat apusan seperti dari biakan cair, tapi harus diencerkan dulu. Letakkan setetes air pada kaca obyek, lalu dengan jarum inokulasi ambil bakteri dari biakan padat, letakkan pada tetesan air dan apusan. Biarkan mengering diudara. Fiksasi dengan pemanasan. Apusan bakteri pada akaca obyek bila tidak diletakkan secara kuat, dapat terhapus pada waktu proses pewarnaan lebih lanjut. Proses peletakan apusan pada kaca obyek dapat dilakukan diantaranya dengan cara memanaskan diatas api.
Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang dibentuk oleh spesies ini, disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus endospora. Tetapi sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang membentuknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies.Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
I.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum adalah agar mahasiswa :
1.      Mengetahui prosedur pewarnaan sederhana
2.      Mengetahui bentuk – bentuk dari bakteri

I.2.2Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiwa mampu :
1.      Membuat sediaan untuk pewarnaan sederhana
2.      Melakukan proses pewarnaan sederhana
3.      Mengamati bentuk bakteri pada preparat di bawah mikroskop









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme yang ada di ala mini mempunyai morfologi, struktur dan sifat sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hamper tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi adalah dengan metode pengecetan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melaluiserangkaian pengecetan (jimmo,2008)
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan –pewarnaan sederhan Karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhan umumny bersifat alkalin
 (komponen kromoforiknya bermuatan positif).faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteriyaitu fiksasi, pelutur warna, substrat, intensifikasi, pewarnaan dan penggunaan warna penuttup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini di sebut bakteri tahan asam, dan ini merupakan cirri khas bagi suatu spesies (dwidjoseputro, 1994)
Langkah-langkah utama dalam persiapan spesimen mikroba untuk pemeriksaanmikroskopikadalah:
-Penempatan olesan atau lapisan specimen pada kaca objek.
-Fiksasi olesan pada kaca objek.
-Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna atau reagen (Pelczar, 1986).
Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998).









BAB III
ALAT, BAHAN DAN METODE KERJA
III.1 Alat
Ø  Ose
Ø  Objek glss
Ø  Spritus + korek api
Ø  Mikroskop
Ø  Jembatan pewarnaan
III.2 Bahan
Ø  Methylen blue
Ø  Oil emersi
Ø  ()Biakan bakteri
III.4 Metode Kerja
1.      Sediakan objek glass yang bebas dari lemak dengan jalan dilewatkan di atas nyala api Bunsen 2-3 kali.
2.      Dengan ose steril, di ambil biakan bakteri satu atau dua mata ose, di etakkan di atas objek glass dengan putaran satu arah (melingkar atau searah jarum jam).
3.      Sediaan dikeringkan di udara
4.      Setelah kering, kemudian difiksasi dengan cara dilewatkan  di atas nyala api sebanyak 3x
5.      Sediaan siap untuk di warnai
6.      Sediaan kemudian di letakkan di atas bak pewarnaan
7.      Sediaan ditetesi dengan zat warna (methylen blue), kemudiaan di diamkan 2-3 menit.
8.      Zat warna dibuang, dengan cara di bilas dengan air
9.      Prepaat kemudian dikeringkan
10.  Setelah kering, preparat siap diamati dengan pembesaran objektif 100x menggunakan oil emersi
















BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL PENGAMATAN


Ket Gambar : Ditemukan bakteri bentuk coccus.

1V.2 PEMBAHASAN
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Pada pewarnaan sederhana, bakteri diwarnai oleh reagen tunggal. Pewarnaan dasar dengan kromogen (zat warna) muatan positif disarankan selama asam nukleat bakteri dan komponen dinding sel membawa muatan negative yang menyerap dengan kuat dan mengikat kation kromogen perlu diperhatikan lamanya waktu pewarnaan tergantung pada jenis pewarnaan yang digunakan. Misalnya methilen blue terserap selama 2-3 menit, dengan demikian bakteri yang terdapat pada sampel akan menyerap zat warna yang diberikan. Pengecetan sederhan digunakan untuk memperlihatka atau memperjelas kontras antara sel dan latar belakannya sehingga dapt mempertajam bentuk dari sel-sel mikroba itu sendiri, dengan cara mewarani sel-sel mikroba dengan zat warna khususnya warna Kristal violet.












BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan di bawah mikroskop, maka dapat disumpulkan bahwa pada sampel tersebut ditemukan bakteri bentuk cocus, berwarna biru.

V.2 Saran
Adapun saran sehubungan dengan pelaksaanaan praktikum, khususnya ditujukan bagi mahasiswa bahwa :
·         Di harapkan kepada seluruh mahasiswa, selama praktikum berlangsung agar bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum.
·         Di harapkan kepada seluruh makasiswa, selama dalam ruang praktikum menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).













DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,D.,1989.Dasar-Dasar Mikrobiologi.Malang: Djambatan.
Irawan, 2008. Teknik Pewarnaan Mikroba.http://wordbiology.wordpress.com.
Jimmo.,2008,Http://Pembuatan Preparat Dan Pengecetannya_Blog
Pelczar, M. W., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta.
Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar