Search

Translate

Selasa, 30 Desember 2014

Laporan Praktikum Bakteriologi I "PEWARNAAN SPORA "




"  PEWARNAAN SPORA "

                                   

 


                                    NAMA    : DIRAYANTI EMBONG BULAN
                                    NIM        : PO.71.3.203.11.1.066
                                    KELAS    : B





POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN MAKASSAR 
 JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2011/2012
 



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar baik lagi bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri. Spora lazim disebut endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.
Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks dan inti yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk endospora, sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk mempelajari peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi.
Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel yang diwarnai secara biasa. Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif. Sel vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora biasanya diwarnai dengan malachit green atau carbol fuchsin.

Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral, subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman.
Pada umumnya spora terdapat di dalam spora ( endospora) dengan letak dan ukuran yang berbeda. Spora pada bakteri dibentuk saat kondisi secara kimiawi dan kimiawi yang kurang menguntungkan misalnya nutrisi, sinar, panas dan kering.


1.2  Maksud dan Tujuan

1.2.1.      Maksud dari praktikum ini adalah:
1)        Untuk mengetahui teknik pewarnaan spora.
2)        Untuk mengetahui prosedur pembuatan sediaan.
1.2.2.      Tujuan dari praktikum ini adalah:
1)        Untuk melakukan proses pewarnaan spora.
2)        Membuat sediaan untuk pewarnaan spora.
3)        Untuk melihat morfologi bakteri.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan.(Dwidjoseputro, 2001)
Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh berdinding tebal, sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh semua spesies Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina. Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi sebagai sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhannya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk menjadi spora. (Pelczar,1986)
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang, hal ini bergantung pada spesies. Endospora ada yang lebih kecil dan ada pula yang lebih besar daripada diameter sel induk. (Dwidjoseputro, 2001)
Letak endospora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah sama bagi semua spesies. Sebagai contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk di tengah-tengah sel, yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung; dan yang lain lagi subterminal yaitu di dekat ujung. (Pelczar,1986)
 Pada umumnya sporulasi itu mudah terjadi, jika keadaan medium memburuk, zat-zat yang timbul sebagai pertukaran zat bertimbun-timbun dan faktor-faktor luar lainnya merugikan. Tetapi pada beberapa spesies mampu membentuk spora meskipun tidak terganggu oleh faktor luar. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru. Beberapa spesies bakteri dapat kehilangan kemampuannya untuk membentuk spora. Spora dapat tumbuh lagi menjadi bakteri biasa apabila keaadaan di luar menguntungkan. Mula-mula air meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit spora menjadi retak karenanya. Keretakan ini dapat terjadi pada salah satu ujung, tetapi juga dapat terjadi pada tengah-tengah atau dekat tengah-tengah spora. Hal ini merupakan ciri khas bagi beberapa spesies Bacillus. Jika kulit spora pecah di tengah-tengah, maka masing-masing pecahan akan merupakan suatu tutup pada kedua ujung bakteri. (Dwidjoseputro, 2001).
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora dihasilkan di dalam tubuh vegetatif bakteri tersebut, dapat berada di bagian tengah (central), ujung (terminal) ataupun tepian sel. Pelczar (1986), menyatakan bahwa spora merupakan tubuh bakteri yang secara metabolik mengalami dormansi, dihasilkan pada faselanjut dalam pertumbuhan sel bakteri yang sama seperti asalnya, yaitu sel vegetatif. Spora bersifat tahan terhadap tekanan fisik maupun kimiawi.
Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim. Bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya. (Menurut Pelczar, 1986).
Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau malacit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri. (Menurut Volk & Wheeler 1988).
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri. Semua spora bakteri mengandung asam dupikolinat. Yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora.Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk di warnai menggunakan pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat kompleks Ca2+dan asam dipikolinan peptidoglikan.
Proses pembentukan spora disebut sprorulasi, pada umumnya proses ini mudah terjadi saat kondisi medium biakan bakteri telah memburuk, hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa, sampel yang diambil dalam praktikum ini berasal dari biakan bakteri yang dibuat beberapa minggu yang lalu, sehingga di asumsikan, nutrisi di dalam medium telah hampir habis, sehingga diharapkan bakteri melakukan proses sporulasi ini. Harapan ini terbukti benanr dengan kenyataan bahwa dari kedua sampel yaitu koloni 1 dan koloni 2, keduanya sama-sama menghasilkan spora.
Beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi. Masih menurut Dwijoseputro (1979) jika medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora. Hal ini dimungkinkan karena struktur bakteri yang sangat sederhana dan sifatnya yang sangat mudah bermutasi, sehingga perlakuan pada lingkungan yang terus menerus dapat mengakibatkan bakteri mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora. (Dwijoseputro, 1979
Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup bertahun-tahun bahkan berabad-abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal. Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70o C, namun spora tetap hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1 jam lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan berkembangbiak secara normal (Volk & Wheeler, 1988).



BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pewarnaan spora sebagai berikut:
Ø   Mikroskop
Ø  Objeck glass
Ø  Bunsen
Ø  Korek
Ø  Rak tabung
Ø  Pipet tetes
Ø  Ose
Ø  Asbes
Ø  Kaka tiga
Ø  Bak pewarnaan
Ø  Jembatan pewarnaan
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu:
Ø  Malachit Green
Ø  Safranin
Ø  H2SO4 2%
Ø  Air
Ø  Oil immersi
Ø  Biakan bakteri
3.3 Metode Kerja
Cara kerja pewarnaan spora yaitu:
Ø   Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Ø  Biakan bakteri diambil sebanyak 2-3 mata ose kemudian diletakkan di atas objeck glass.
Ø  Biakan bakteri tersebut ditetesi dengan malachit green sebanyak 1 tetes kemudian dihomogenkan dan dibuat sediaan yang rata.
Ø  Sediaan dipanaskan di atas uap air panas yang bersuhu 800C selama 10-20 menit.
Ø  Setelah 10-20 menit sediaan difiksasi.
Ø  Zat warna dilunturkan (decolorisasi) dengan H2SO4 2%, kemudian dibilas dengan air mengalir.
Ø  Sediaan diwarnai dengan safranin 3-4 menit kemudian dibilas dengan air mengalir.
Ø  Sediaan dikeringkan di udara kemudian ditetesi dengan oil immersi sebanyak 1 tetes, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100X.



BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil


 



Ket;
Bakteri berbentuk spora


4.2 Pembahasan
Spora adalah endospora, suatu bada yang refraktil terdapat pada induk sel, merupakan suatu stadium dorman dari sel vegetatif.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengecatan spora:
·         Fiksasi
·         Smear  terlalu tebal
·         Waktu pengecatan tidak tepat
·         Konsentrasi reaagen
·         Umur bakteri
·         Nutrisi
 Ada 2 jenis bakteri yang dapat membentuk spora:
§  Clostridium adalah bakteri yang bersifat anaerob.
§  Bacillus adalah Bakteri yang bersifat aerob.

Stuktur endospora berbeda-beda untuk setiap spesies
Clostridium botullinum: sporanya subterminal
Clostridium tetani:sporanya terminal
Bacillus anthracis: sporanya central
 Endospora bakteri merupakan struktur yang paling tahan terhadap lingkungan yang ekstrim misalnya kering, kepanasan, dan keadaannya asam.
Bagian-bagian pada bakteri:
§  Core: sitoplasma dari spora yang didalamnya terkandung semua unsure untuk kehidupan bakteri seperti kromosom yang komplit, komponen- komponen untuk sintesis protein dan sebagainya.
§  Cortex: lapisan yang paling tebal dari spora envelope, terdiri dari lapisan peptidoglikan tapi dalam bentuk yang istimewa.
§  Dinding spora: lapisan paling dalam dari spora, terdiri dari peptidoglikan dan akan menjadi dinding sel bila spora kembali dalam bentuk vegetative.
§  Eksosporium: lipoprotein membrane yang terdapat dari luar.
§  Coat: terdiri dari zat semacam keratin, dan keratin inilah yang menyebabkan spora relatif tahan terhadap pengaruh luar.


BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

1.1  Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100X pada sediaan ditemukan bakteri yang memiliki spora.

1.2   Saran
1.      Alat dan bahan telah tersedia sebelum melakukan praktikum.
2.      Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sebelum melakukan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA
Posted 14th March 2010 by Ripani_Musyaffa  Labels: Spora Bakteri
Pelczar, M J.dan E.C.S Chan.1986.Dasar- dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta: UI   Press.
Razali, U. 1987. Mikrobiologi Dasar. Jatinangor: FMIPA UNPAD.
Volk, W.A dan Margaret F. Wheeler.1988.Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh: Markham, M.sc. Jakarta: Erlangga.






                                       




Tidak ada komentar:

Posting Komentar